Ads

Sejarah Suporter Sepakbola di Indonesia

Bobotoh

Bobotoh adalah sebutan untuk pendukungklub sepak bola Persib Bandung. Nama ini berasal dari bahasa Sunda yang berarti `orang-orang yang mendorong atau membangun semangat bagi orang lain`. Bobotoh atau pendukung Persib sudah ada sejak jaman Perserikatan, sebelum pendukung klub lain berada Bobotoh sudah eksis di Majalah Olah Raga, media massa khusus olahraga yang diterbitkan Otto Iskandar Dinata pada 1937, sudah memberitakan keberadaan Bobotoh yang hadir mendukung Persib saat bermain di daerah Tegalega dan Ciroyom. Nama Bobotoh mulai terkenal pada akhir 1989/1990 ketika itu banyak tokoh/artis yang menyebut "Ngabobotohan Persib ka Senayan" lalu istilah tersebut populer, kemudian nama Bobotoh dikenal sebagai identitas pendukung Persib dan di populerkan oleh media-media Lokal maupun Nasional. Salah satu ekspresi Bobotoh yang tidak pernah berubah adalah kekecewaan mereka terhadap wasitsaat final Persib melawan PSMS pada Perserikatan 1985. Bobotoh merasa pemain Persib dicurangi oleh wasit Djaffar Umar, kekecewaan tersebut kemudian berkembang menjadi ekspresi atau frasa"Wasit Goblog", yang dilontarkan Bobotoh ketika Persib di curangi oleh wasit.

Pada final tersebut Bobotoh juga menciptakan rekor jumlah penonton terbanyak sepanjang sejarah sepak bola indonesia ketika memenuhi Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Menurut dokumen majalah Tempo, kala itu sebanyak 150 ribu penonton hadir di SUGBK dan mayoritas diantaranya adalah pendukung Persib, bahkan pertandingan tersebut tercatat di AFC sebagai pertandingan amatir terbesar. Seiring berkembangnya jaman pada Liga Indonesia saat ini, Bobotoh kemudian banyak mengorganisasikan diri ke dalam sebuah kelompok pendukung Persib diantaranya Viking Persib Club, The Bomber (Bobotoh Maung Bandung Bersatu), The Bombs, Flowers City Casuals, Bobotoh Singapore dan Bobotoh Oriental. Dari beberapa kelompok tersebut yang paling terkenal dan terbesar anggotanya adalah Viking Persib Club dan The Bomber. Secara tradisional Bobotoh adalah pendukung yang mewariskan tradisi turun temurun khususnya bagi orang Bandung sendiri, bahkan salah satu tokoh Bobotoh yaitu Ayi Beutik (alm) memberikan kedua nama anaknya dengan yaitu bernama Jayalah Persibku dan Usab Berning (sebutan persib era 80-an), tidak hanya itu sebenarnya, dahulu Bobotoh jika Persib bermain di Stadion Silliwangi atau saat final yang di gelar di Stadion Senayan Jakarta, Bobotoh rela menjual barang, meninggalkan pekerjaannya atau mencari tumpangan kendaraan demi mendukung Persib.


Bonek

Istilah Bonek, akronim bahasa Jawa dar iBondho Neka t(modal nekat), biasanya ditujukan kepada sekelompok pendukung atau suporter kesebelasanPersebaya 1927. Meskipun Yayasan Suporter Surabaya (YSS). Nama Bonek pertama kali dimunculkan oleh Harian PagiJawa Postahun1989 untuk menggambarkan fenomena suporterPersebaya 1927 yang berbondong-bondong ke Jakarta dalam jumlah besar. Secara tradisional, Bonek adalah suporter pertama di Indonesia yang menggambarkan fenomenaaway supporters (pendukung sepak bola yang mengiringi tim pujannya bertanding ke kota lain) seperti di Eropa, saat dulu memang belum ada suporter yang away dengan sangat terorganisir seperti Bonek. Dalam perkembangannya, ternyataaway supportersjuga diiringi aksi perkelahian dengan suporter tim lawan. Tidak ada yang tahu asal-usul, Bonek menjadiradikaldananarkis. Jika mengacutahun 1988, saat 25 ribu Bonek berangkat dari Surabaya ke Jakarta untuk menonton finalPersebaya 1927-Persija, tidak ada kerusuhan apapun. Bonek juga memiliki hubungan yang sangat baik dengan Viking Persib Club supporter klub Persib Bandung. 


Perilaku bonek sebenarnya warisan turun-temurun yang berlangsung cukup lama. Perilaku ini bermigrasi dari masyarakat yang hidup di pinggiran sungai Brantas yang membentang dari Kediri sampai Surabaya.
Bentangan wilayah inilah yang kemudian dikenal sebagai ekologi budaya Arek. Cakupan wilayahnya membentang dari pesisir utara di Surabaya hingga ke daerah pedalaman selatan, daerah Malang. Wilayah ini tergolong paling pesat perkembangan ekonominya, 49 persen aktivitas ekonomi Jatim ada di sini. Tak heran bila arus migrasi dari wilayah lain banyak masuk ke kawasan ini.
Bentangan ini kemudian oleh budayawan Ayu Sutarto disebut salah satu sub kultur yang ada di Jawa Timur, yaitu subkultur Arek. Arek sebagai salah satu kekayaan kultur Jawa Timur memiliki karakteristik yang keras khas pesisiran.
Karakter keras tersebut pun lebih pada sikap pantang menyerah, ngeyel, dan keteguhan mempertahankan pendapat serta prinsip sebagai wujud penghargaan tertinggi mereka terhadap harga diri.


Pusamania

Pusamania adalah nama julukan untuk para pendukung kesebelasanPersisam Putra Samarindayang bermarkas di Kota Samarinda,Kalimantan Timur,Indonesia. Warna kebanggaan Pusamania adalahjingga. terbentuknya Pusamania dan SSB PUSAM mendapat dukungan penuh dari para petinggi Sepak Bola Kaltim, diantaranya H Harbiansyah H (Ketua Umum Putra Samarinda), (Alm) Lamtana (Sekum Pengda PSSi Kaltim), Bp. H.A.Waris Husain(Wali kota Samarindawaktu itu). Bagi mereka berdirinya Pusamania dan SSB PUSAM adalah sesuatu hal yang baru di Samarinda dan diharapkan memberikan terobosan baru bagi peningkatan prestasi persepak bolaan di Samarinda. DiStadion Segiritiap sore selalu ramai masyarakat yang menonton tim Putra Samarinda (PUSAM) latihan, dalam kumpulan itu ada satu komunitas yang paling fanatic dalam mendukung team PUSAM, diantaranya adalah Tommy Ermanto, Gusti Faisal, H Andang, Adi Karya SE, Misnadi alias Budi, H Iskandar, (Alm) Ramli, SH (Dosen Untag), Syaiful Anwar. inilah nama-nama pentolan dari berdirinya Pusamania.Ide lahirnyaPusamania disampaikan pada masyarakat terutama komunitas fanatik Samarinda dan responnya sangat luar biasa karena hal inilah yag selama ini mereka tunggu untuk menunjukan jati diri sebagai supporter Samarinda, tanpa di komando lagi semuafootball lover Samarinda bergabung lebur dalam tubuh Pusamania.Sebagai organisasi yang baru berdiri perlu seorang pemimpin yang berpengalaman untuk menakhodai Pusamania, Saat itu didaulat Adi Karya SE sebagai ketua dan wakilnya Tomy Ermanto P ST . 


Aremania

Sebagian kawula muda Kota Malang tersekat dalam berbagai geng. Misalnya, Argom (Armada Gombal), Prem (Persatuan Residivis Malang), Saga (Sumbersari Anak Ganas), Van Halen (Vederasi Anak Nakal Halangan Enteng), Arpanja (Arek Panjaitan), Arnak (Armada Nakal ), Anker (Anak Keras), GAS (Gabungan Anak Setan), Aregrek (Arek Gang Gereja Kayutangan), Ermera, Arpol. Kegiatan geng-geng ini cenderung pada hal-hal negatif. Misalnya kubam (mabuk-mabukan), ngisruh (membuat kerusuhan), nggelek (narkoba), tawuran, kriminalitas. Sebagian geng juga dimanfaatkan untuk kepentingan politik tertentu. Hingga kini, masih dikenang nama-nama tokoh geng legendaris seperti Fauzi alias Gozi, Si Nyawa Rangkap Tamin, Hanafi, Joni Mangi, Mariso, Birowo. Sebagian dari mereka hilang saat musim penembakan misterius (petrus) pada tahun 1980-an. Setelah lahir Arema, kawula muda itu mulai berimpun dalam suporter malang dan meninggalkan kehidupan geng.

Pada pertengahan tahun 1990-an geng-geng Malang mulai luntur. Sementara itu istilah Aremania muncul sebagai nama para suporter Arema. Sebetulnya dua fenomena tersebut merupakan perubahan total dalam budaya pemuda Malang yang dikatalisasikan olehbeberapa tokoh. Di artikel `Aremania Mengukir Sejarah Baru’ diterbitkan di Bestari, no. 156, 2001 Gus Nul mantan pelatih Arema menceritakan bahwa walaupun kurang jelas dari mana istilah Aremania itu muncul, nama itu mempersatukan suporter Arema. Secara psichologis persamaan dasar antara Arema dan Aremania membuat suporter merasa bersatu. Kata Aremania bisa dibagi Arema dan Mania. Aremania itu muncul secara spontan dari suporter Malang yang mulai bosan dengan perkelahian geng-geng tersebut. Ada beberapa alasan untuk perubahan itu. Pertama-tama geng-geng mulai luntur karena soal generasi. Anggota geng walaupun masih muda selama akhir 1980-an, di pertengahan 1990-an lebih dewasa. Karena sudah lumayan tua mulai bosan dengan kegiatan geng. 


The Jakmania

The Jakmania adalah kelompok pendukung / supporter kesebelasan sepakbola Persija Jakarta yang berdiri sejak Ligina IV, tepatnya19 Desember1997. Ide terbentuknya The Jakmania muncul dariDiza Rasyid Ali, manager Persija saat itu. Ide ini mendapat dukungan penuh dariGubernur DKI JakartaSutiyoso. Sebagai pembina Persija, Sutiyoso memang sangatmenyukai sepak bola. Ia ingin sekali membangkitkan kembali persepak bolaan Jakarta yang telah lama hilang baik itu tim maupun pendukung.Pada awalnya, anggota The Jakmania hanya sekitar 100 orang, dengan pengurussebanyak 40 orang. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang dikenal di mata masyarakat, yaitu Gugun Gondrong yang merupakan sosok paling ideal pada saat itu. Meski dari kalangan selebritis, Gugun tidak ingin diberlakukan berlebihan. Ia ingin merasa sama dengan yang lain.[butuh rujukan]Pengurus The Jakmania waktu itu akhirnyamembuat lambang sebuah tangan denganjari berbentukhurufJ. Ide ini berasal dariEdi Supatmo, yang waktu itu menjadi Humas Persija. Hingga sekarang, lambang itu masih dipertahankan dan selalu diperagakan sebagai simbol jati diri Jakmania.
Share on Google Plus

About Sebatas Tribun

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: