Ads

Budaya Away Suporter Indonesia (Mania Culture)

Seperti yang kita ketahui, infrastruktur transportasi di Indonesia tidak bisadibilang istimewa. Pilihan jalan dari satu kota ke kota lain, umumnya terbatas dan hanya mengandalkan jalan nasional. Untuk urusan transportasi, seperti kereta api memang meningkat setiap tahunnya, tapi tetap tidak menjangkau seluruh wilayah di Indonesia, Tetapi cuma ada di Jawa dan Sumatera.

Pilihan lewat jalur darat bisa jadi malah mendatangkan bencana. Kaca dilempari batu oleh pendukung lawan, hingga pencegatan di jalan menjadi risiko yang mesti ditanggung oleh pendukung sepakbola di Indonesia. Untuk jalur udara pun tidak begitu memadai karena hanya mencakup kota-kota besar. Amat jarang, misalnya, penerbangan Bandung-Yogyakarta atau Bandung-Makassar. Penggemar harus menuju kota yang lebih besar, yang menjadi penghubung antar kota di Indonesia.

Akses perjalanan darat pun kerap menemui hambatan. Kontur alam yang tidak rata, membuat jalanan berkelok-kelok,yang tentu saja membuang waktu di perjalanan.

Salah satu contohnya adalah perjalanan Bobotoh suporter Persib saat akan menyaksikan final di Palembang. Dengan jarak yang “hanya” 743 kilometer, ditempuh dalam waktu 24 jam. Padahal, jika kendaraan dipacu dengan rata-rata 50 kilometer per jam, jarak 700 kilometer bisa ditempuh dalam waktu 15 jam saja.

Tentu perhitungan tersebut mengecualikan waktu yang dihabiskan untuk menungguferri di Pelabuhan Merak, hingga memperlambat kendaraan karena jalanan sempit yang berbatasan dengan jurang. Pembangunan jalan bebas hambatan dengan bentuk jalan yang lurus, sebenarnya bisa mengurangi waktu perjalanan. Perjalanan Bandung-Merak dengan jarak 258 kilometer, sejatinya bisa ditempuh dengan empatjam saja. Dari perhitungan tersebut,semestinya Bandung-Palembang bisa ditempuh dalam waktu 12 jam.

Di luar faktor gesekan dengan suporter lawan, agaknya masih sulit bagi penggemar sepakbola di Indonesia untuk mendukung kesebelasannya saat bermain tandang, kecuali yang masih di sekitar Pulau Jawa. Sulitnya transportasi, membuat biaya perjalanan membengkak.

Jika dulu di era Perserikatan pendukung klub Persebaya berbondong bondong tour ke Jakarta dengan sangat terorgansir, karena dulu memang belum ada suporter yang melakukan tour terorganisir seperti Bonek atau pendukung klub Persebaya, beda hal nya dengan Bobotoh di era Perserikatan, jika Bobotoh dulu menyaksikan Final menuju GBK mereka datang dari berbagai daerah di Jawa Barat, dan tanpa ada resiko atau gesekan dari suporter rival, atau tidak ada kaitannya dengan suporter lainnya, karena memang dulu belum ada organisasi atau kelompok suporter yang kini sekarang mulai muncul di era Liga Indonesia, berbeda di saat dulu kini budaya baru muncul dari sepakbola Indonesia yaitu Bobotoh/Viking, mereka bisa di bilang adalah Budaya baru pelopor di sepakbola indonesia dengan tour menyebrangi pulau dengan penuh resiko dan ancaman dari suporter lawan.

Saat laga final antara Persib vs Persipura di Stadion Jakabaring, Palembang. Ribuan Bobotoh yang diangkut atau berangkat  kurang lebih hampir 100 bus, beberapa kloter pesawat dan ratusan mobil pribadi, yang akan menuju palembang. Bahkan masih banyak bobotoh yang belum terangkut karena sulit mendapatkan bus, dan juga tiket pesawat yang sudah Fully Boked. Namun, kondisi sebaliknya malah terjadi jauh diluar kondisi bobotoh yang tak ada sama sekali kaitannya dengan final. The Jakmania, yakni pendukung Persija Jakarta yang tidak masuk delapan besar, di saat perjalanan di tol kota Jakarta mereka sudah berniat melempari bus suporter Persib dengan batu. Aksi mereka bukan tanpa alasan karena The Jakmania adalah rival Bobotoh.

Karena inilah Culture Mania yang di pakai suporter indonesia, ada sedikit perbedaan bahkan beda dengan gaya suporter luar negeri, contoh Ultras, Casuals dan lainnya namun ada unsur inspirasi dari suporter luar negeri. Kembali ke cerita tour di saat perjalanan Bobotoh, Pendukung Persija Jakarta The Jakmania melempari bus bobotoh dari luar jalur tol, serta ada juga yang melempari dari atas jembatan tol.

Bobotoh sempat turun untuk membalas lemparan, namun para anak muda itu lari terbirit-birit bahkan sebelum benar-benar dikejar. Kejadian itu sontak menggegerkan jagat maya. Hashtag ‪#‎lemparlalukabur‬ langsung menggema dari cuitan para bobotoh. Tak hanya kali itu saja, aksi tersebut kembali terulang hingga saat bobotoh pulang dan sampai di pelabuhan Bakauhuni. The Jakmania kembali melempari bobotoh dengan batu besar. Suasana sempat mencekam saat bobotoh turun untuk mengejar para pendukung garis keras Persija itu.

Seperti biasa, aksi kembali diperlihatkan oleh The Jakmania.
Mereka kabur terbirit-birit, Jakmania kembali melempari bus bobotoh Persib, saat berada di jalur tol dalam kota Jakarta. Beberapa bus hancur oleh aksi tersebut. Belum jelas berapa jumlah korban dari aksi sepihak tersebut. Namun bobotoh mengalami luka parah di kepala.

Tapi itulah budaya suporter indonesia dengan Culture Mania, Rasa fanatisme yang berlebihan terkadang berdampak negatif.
Bahkan Frenz Beckenbauer kaget melihat video kerusuhan suporter indonesia. Dia mengatakan bahwa suporter indinesia adalah salah satu negara dengan suporter paling loyal. Dan itu di buktikan dari kepadatan rata rata tinggi stadion di indonesia bisa mencapai 96% dan salah satu suporter terbesar tersebut diantara lain adalah Bobotoh, The Jakmania, Aremania, Bonek, Pasoepati, Singamania, Persipuramania, The Maczman.




Share on Google Plus

About Sebatas Tribun

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar: